12 May, 2006

Kisah Sepotong Kue


Kisah Sepotong Kue
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam.
Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.
Untuk membuang waktu ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.
Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja di belinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil salah satu atau dua kue yagn berada di antara mereka.
Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.
Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.
Wanita itupun sempat berfikir: "kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!".
Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga megnambil satu.
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan lelaki itu?
Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua.
Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berfikir: "Ya ampun... orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih".
Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela nafas lega saat penerbangannya di umumkan.
Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih".
Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai di bacanya.
Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya!!!
Koq milikku ada di sini?! erangnya dengan patah hati.
Jadi kue tadi adalah milik si lelaki itu dan ia mencoba berbagi.
Terlambat untuk minta maaf, ia tersadar sedih.
Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih.
Dan dialah pencuri kue itu !
Dalam hidup ini, kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.
Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri, serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.
Sementara sebenarnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home